Detail Produk
PEREMPUAN MENJAHIT HUJAN
Buku kumpulan cerpen karya Titik Kartiani
Pengantar Seno Gumira Ajidarma
ISBN 978-602-6447-23-4
PENYUNTING ENDAH SULWESI
PERANCANG SAMPUL/ ILUSTRATOR IDRUS BIN HARUN
PENATA LETAK: CYPRIANUS JAYA NAPIUN
Jika susastra tak bisa “salah”, apakah saya yang salah? Namun bagi saya suatu teks menarik hanya jika menghadirkan persoalan. Jika beres-beres saja, “bagus” begitu, itulah awal dari suatu kebosanan terpanjang dalam jalan kebudayaan. Saya kira semua cerita dalam buku ini dapat menjadi persoalan yang diharapkan, oleh pembaca manapun yang tidak akan cukup puas menerima dunia ini sebagaimana adanya, tanpa pertanyaan sama sekali.
(Pengantar Seno Gumira Ajidarma)
Ia merindukan perempuannya, dalam kealphaan ingatannya, dalam diamnya, dalam kata cinta yang tak tahu cara mengucapkannya, lebih dari sebelumnya. Si sulung hanya menggeleng dan bergumam : pikun.
(Requiem Ingatan)
Kemudian aku bangun, tubuhku basah. Aku sudah menjadi sungai yang memanjang membelah kota. Aku menjadi sungai! Aku sudah mati, itu kenyataan. Hanya kekuasaan tak tahu malu yang bisa membunuh sesuatu yang sudah mati. Dibunuh berkali-kali sesuai kebutuhan. Aku bisa mendadak hidup dan dianggap mengerikan.
(Sebuah Sungai di Kota S)
Bagi para pejalan, kebun hujan nyaris seperti mitos. Keberadaannya seakan hanya eksis dalam benak masing-masing. Seperti sensasi. Bagi lelaki itu kebun hujan adalah jalan pembebasannya.
(Gadis Kecil yang Menanam Gerimis)
TITIK KARTITIANI. Lahir di Klaten, pendidikan formal di Fakultas Pertanian UNS, Surakarta. Mengawali menulis cerpen di majalah berbahasa Jawa, Jaya Baya tahun 1995 hingga 2011, lebih dari 20 cerpen dimuat. Cerpen dan cerbung dimuat di Femina, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, dan Suara Karya. Tahun 2003 menjadi wartawan di Kelompok Kompas Gramedia hingga tahun 2014. Kini menjadi kontributor untuk National Geographic Indonesia, majalah Intisari, dan pengisi konten (teks, foto, dan video) untuk portal desain dan bisnis kreatif www.talaindonesia.com.
Setiap cerita dalam buku ini dihiasi ilustrasi karya Idrus bin Harun, seniman dari Banda Aceh yang aktif bergiat di Komunitas Kanot Bu. Idrus pernah melukis mural di Jakarta Biennale 2015.