IZINKAN KAMI BERHARAP, Antologi Cerita Mini
Detail Produk
IZINKAN KAMI BERHARAP, Antologi Cerita Mini
ISBN 978-623-7430-96-4
KOORDINATOR/EDITOR: UJANG NUROCHMAT
TIDAK ADA YANG SALAH DENGAN MIMPI
Oleh: Ujang Nurochmat Koordinator KGPS
Para penulis dalam buku ini, adalah guru-guru yang saya jerumuskan dalam Komunitas Guru Pencinta Sastra (KGPS). Sebagian memang ada yang sudah menapakkan kaki di ranah sejenis di lahan lain. Sebagian lagi masih gamang, bahkan ada yang merasa asing hingga melepaskan diri dari grup. Memang kami tidak menjanjikan ini itu, juga tidak menuntut harus begini harus begitu. Termasuk kebebasan mau masuk jadi anggota atau mau keluar. Bagi yang sudah betah dalam dunia sastra, tentu nyaman berada di komunitas ini. Tetapi, bagi anggota yang baru terjerumus, persoalannya berbeda. Inilah tantangan bagi saya untuk menanamkan kepercayaan diri dengan cara melihat kegiatan ini sebagai media hiburan, piknik, main-main belaka. Maksud saya, biar tumbuh percaya dirinya lebih dahulu.
Komunitas yang saya bentuk ini sengaja menggunakan nama yang bombastis agar ada hasrat pada anggotanya untuk menggapainya. Saya namai grup ini Komunitas Guru Pencinta sastra disingkat KGPS. Belum banyak, baru 70 anggota. Dan yang sudah berani menulis sudah setengahnya. Komunitas ini tidak mengkhususkan pada mata pelajaran tertentu, seperti Bahasa Indonesia. Saya menyambut guru, kepala sekolah, atau dosen yang berminat di bidang tulis menulis sastra. Alhamdulilah pada penerbitan ke-4 ini peserta mulai bergabung dari beberapa daerah di Indonesia.
Sesuai dengan kiat semula, yaitu menanamkan rasa percaya diri untuk menulis, maka saya memberi kesempatan kepada anggota untuk sekadar memantau, menikmati keleluasaan tanpa ada perasaan tertekan atau gak enak hati tidak ikut menulis. Jadi saya tidak galau saat anggota KGPS yang 70 orang itu tidak ikut menulis semua pada program keempat ini. Namun demikian, saya tetap mengapresiasi sahabat sastra yang yang ikut serta dalam hajatan keempat ini sehingga melahirkan buku antologi cerita mini yang diberi judul Izinkan Kami Berharap.
Penetapan judul ini sebenarnya didasari dari kesan terhadap semua judul cerita yang masuk. Menurut perasaan saya, judul cerita mini karya Emi inilah yang paling terbuka memancing beragam imaji para pembaca. Di samping itu, biasanya cerita yang judulnya digunakan untuk kaver isinya paling berkualitas. Dalam buku ini tidak demikian. Namun saya tetap berani memamerkan bahwa karya Emi Priyanti ini menarik dan dalam untuk ukuran sebuah cerita mini. Saya juga berharap pembaca dapat menemukan karya-karya mana saja yang memang ditulis oleh penulis yang sudah dibekali pengetahuan dan keterampilan menulis karya fiksi.
Menulis karya fiksi dalam buku ini dimaksudkan untuk menyediakan media ajar untuk peserta didik di SMP. Terutama terkait mata pelajaran Bahasa Indonesia pada teks cerita pendek dan cerita inspirasi. Dengan demikian, diharapkan ada manfaat berganda dalam hal ini, baik bagi guru maupun peserta didik.
Ke depan saya berharap ada intensitas di bidang penulisan cerita mini ini. Unsur intrinsik yakni tema cerita, plot/alur, style penyajian, termasuk di dalamnya teknik menampilkan deskripsi latar maupun dialog tokoh, diksi, dan lain-lain perlu diperkuat penguasaan dan keterampilannya. Yang tidak kalah pentingnya adalah unsur ekstrinsik seperti pemilihan judul, kemampuan penulis menempatkan diri kapan sebagai bagian dalam cerita maupun kapan dia berada di luar cerita. Dan satu lagi pengemasan saat penulisan. Pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia (PUEBI) wajib hukumnya dipahami dan diimplementasikan dalam penulisan. Itulah harapan KGPS.
Terlepas dari harapan tersebut, capaian peserta saat ini boleh dikatakan membanggakan buat saya. Bagaimana tidak, peserta punya nyali untuk menulis merupakan prestasi tersendiri. Bahkan ada beberapa penulis dalam buku ini yang karyanya sudah menunjukkan kemampuannya dalam berkarya. Pengolahan tema, konflik, ending, dan deskripsi latar, dan tokoh berhasil membawa emosi, simpati, dan empati pembaca.
Beberapa karya lagi berhasil menggugah jiwa kemanusiaan pembaca untuk menoleh pada nasib sesama di sekitar yang luput dari jangkauan rasa sosial kita. Boleh berharap peserta didik atau pembaca merasa terinspirasi setelah membacanya. Bahkan ada cerita-cerita yang sudah bagus memilih judul sebagai karya fiksi. Ada juga yang mampu membangun ketegangan konflik dengan baik tanpa memaksa atau menggiring pembaca untuk menerima apa yang dirasakan penulis.
Akhirnya saya optimis, dengan catatan peserta KGPS konsisten secara intensif bergairah meningkatkan kompetensi. Tidak ada yang tidak mungkin selama harapan itu bisa dimimpikan. Dan memang tidak ada yang salah dengan mimpi. Selamat dan sukses buat anggota KGPS.
Jakarta Pusat, 2 Mei 2021
Koordinator KGPS