Detail Produk
KIDUNG ATHMARA
Buku kumpulan puisi Irawan Massie
Cetakan Pertama, Oktober 2016
ISBN: 978-602-8966-96-2
Pengantar TAUFIQ ISMAIL
RINDU PENYAIR PADA CAHAYA
Sesudah 4 kumpulan puisi tunggal dan 10 antologi bersama dalam kurun waktu 24 tahun ini, kini di tahun 2016 penyair Irawan Massie menerbitkan Kidung Athmara ini, terdiri dari 99 puisi.
Saya pernah menuliskan pengantar untuk kumpulan puisi Rumah Kecil di Bawah Matahari (1995) dan Selembar Catatan Lawas (2012).
Buku Kidung Athmara yang Anda pegang ini menggarap tema kehidupan suami-isteri selama hampir dua dasawarsa (55 puisi) dan tema kerohanian keluarga, sekitar anak-anak dan beberapa episoda perjalanan hidup (44 puisi).
Pelaku bisnis profesional ini, bankir, Presiden Direktur & CEO perusahaan terkemuka selama 3 dasawarsa, ketika remaja dalam zaman pergolakan aktivis di sekolah dan kampus, menuntut ilmu ke luar Indonesia, melakukan perjalanan ke berbagai negara, dalam usia makin menanjak, apa lagi yang diinginkannya?
aku tak menginginkan apa-apa lagi dari dunia ini selain bisa bersama istri hidup sehat cukup lama mengantar anak-anak berangkat kepada dewasa dan mandiri dikaruniai sarana untuk membekali
iman ilmu akhlak islami
teramat kusyukuri kiranya kami berdua diizinkan berjalan mengiringi langkah anak-anakku sampai muara tujuan …
Demikian bersahaja yang diinginkannya, seperti yang dituliskannya dalam puisi Rintihan Kalbu ini, ditutup dengan doa sederhana untuk 3 hal saja: dalam doaku siang ini aku memohon kepada-Mu lagi perkenankanlah istriku dan diriku hidup sehat untuk waktu cukup lama agar bisa mengantar sempurna anak-anakku berangkat dewasa dan mandiri
di mana kami tak pernah bersilangan menitip mereka tiga perkara saja
iman ilmu akhlak islami aamiin Allahumma aamin.
Kecintaan kepada putera-puteri, anak-anaknya, mewakili rasa kasih sayang seluruh orang tua di dunia kepada keturunan mereka --- yang mendoakan karunia bekal ilmu pengetahuan: Ilmu Adalah Cahaya
Dalam setiap doaku selalu kumohonkan
Kekuatan semua langkah di sisa perjalanan
Agar bisa membekali ilmu pengetahuan terbaik
Sangu tak ternilai bagi anak-anakku …
Anakku,
Oleh karena itu lagi kutegaskan
Siapkan strategi perjuangan
Sisihkan zona keamanan, relakan pengorbanan
Dalam keterbatasan dan kerendahan hati Tuntaskan destini ilmu pengetahuan Pelihara akhlak dan iman.
Di dunia kini yang luarbiasa dikungkung oleh pandangan serba-benda, dengan kukuh penyair ini menyatakan pilihan sufistiknya:
Burung-burung Senja
Kini pilihan sufistik di jalan kehidupan:
Zuhud tak berharta dan ibadah senantiasa
Seperti burung yang patah sayapnya
Atau tetap berharta bagi manfaat sesama Seperti penolong burung tak berdaya Berpegang pada sabda baginda.
Dan untuk itu, penyair ini yang senantiasa merindukan Cahaya di atas semua cahaya itu, begitu berbahagianya bila dia bisa menulis puisi setiap hari:
Menulis puisi memberi kesenangan padaku untuk bermain-main dengan cahaya Sang Cahaya di atas segala cahaya, mengerdipkan setitik bagiku setiap aku berkelana di kesenyapan hati. Lalu bagaimana mungkin tak kurindukan menulis puisi setiap hari?
Pak Irawan Massie, Bu Claudia dan putera-puteri: selamat atas terbitnya Kidung Athmara dengan 99 puisi ini, semoga panorama sastra kita menjadi lebih kaya cahaya dan anda sekeluarga berbahagia dalam ridhaNya. Amin.***
Taufiq Ismail Jakarta, 18 September 2016.